Ponpes Amanatul Ummah Jadi Percontohan Pendidikan Berbasis Internasional
Jatim Newsroom – Komisi E DPRD Jatim merekomendasi agar Pondok Pesantren Amanatul Ummag di Pacet kabupaten Mojokerto ini bisa menjadi percontohan Pendidikan berbasis Internasional di Jatim. Menginggat saat ini banyak pendidikan berbasis internasional maupun pesantren modern dengan biaya mahal di berbagai daerah, nampaknya menjadi perhatian khusus kalangan DPRD Jatim. Pasalnya, ada kecenderungan output dari pendidikan tersebut hanya berorientasi pada kemampuan empirik semata.
Sedangkan masalah mental dan ideologi justru pendidikan berbasis internasional rawan terpapar ideologi radikal yang dapat membahayakan keutuhan NKRI di masa depan. Padahal generasi pelajar adalah masa depan bangsa dan calon pemegang estafet kepemimpinan bangsa.
“Kita ingin Ponpes Amanatul Ummah Pacet Mojokerto ini bisa menjadi inspirasi bagi para orang tua yang ingin memondokkan sekaligus menyekolahkan anaknya dengan jaminan mereka nantinya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi favorit di Indonesia maupun di luar negeri,” kata wakil ketua Komisi E DPRD Jatim Hikmah Bafaqih di sela kunjungan ke Ponpes Amanatul Ummah, Jumat (15/10/2021) sore.
Kelebihan yang dimiliki Ponpes Amanatul Ummah, lanjut Politikus PKB adalah bukan hanya mahir dalam penguasaan study yang diinginkan anak didik tapi juga penguasaan pendidikan keagamaan khususnya Islam yang Rahmatan Lil Alamin yang cukup mendalam sehingga kecintaan terhadap bangsa dan negara tak perlu diragukan lagi.
Salah satu pendidikan unggulan yang ada di Pesantren yang diasuh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim adalah Madrasah Berbasis Internasional (MBI) setara SMA/MA yang telah meluluskan 12 angkatan. “Dari 386 lulusan angkatan tahun 2020, sebanyak 375 siswa/siswi diantaranya berhasil diterima di berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia maupun di luar negeri,” kata koordinator MBI Amanatul Ummah Achmad Chudori.
Diantara perguruan tinggi di luar negeri yang berhasil dimasuki lulusan MBI Amanatul Ummah tahun 2020 baik dari jalur prestasi, beasiswa, PMDK, SNMPTN, ujian tulis, reguler, kemitraan, seleksi Kemenag, Edu Changes, PBSB, PPKB, PBUB dan lain sebagainya adalah Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, Yaman University, Universitas SIDI Moehammaed Bin Abdellah Maroko, IFA Paris, Universitas di Jerman, di Rusia, Belanda, Australia, Jepang, Korea, Tunisia, Cina dan masih banyak lagi. “Kalau universitas negeri maupun perguruan tinggi ternama di dalam negeri justru lebih banyak,” tambah Chudori.
Proses untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri dimulai sejak awal masuk sudah dipersiapkan dan diidentifikasi potensi anak fashionnya ada dimana sehingga baik yang mau melanjutkan studi ke dalam negeri maupun di luar negeri semuanya sudah teridentifikasi dan bisa bisa diarahkan.
Materi mata pelajaran sudah diselesaikan dalam 2 tahun (akselerasi) sehingga ketika mereka sudah di kelas 12 tinggal fokus pada untuk persiapan melanjutkan studi ke perguruan tinggi di dalam negeri maupun ke luar negeri. “Alhamdulillah, rata-rata lulusan MBI Amanatul Ummah diterima PTN diatas 90 persen bahkan tahun 2020 bisa mencapai 95 persen,” ungkap Chudori.
Wakil ketua komisi E lainnya, Artono mengaku kagum dengan kegigihan KH Asep Saifuddin Chalim dalam merintis Ponpes Amanatul Ummah dari ngontrak rumah penduduk hingga besar seperti sekarang tanpa bantuan dari luar alias mandiri.
“Kemandirian ponpes Amanatul Ummah ini layak dijadikan percontohan ponpes-ponpes lain. Bahkan tenaga pengajarnya digaji dengan layak sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi siswanya. Itu bisa terwujud karena ponpes memiliki unit usaha yang banyak sehingga mampu membiayai kebutuhan bahkan membantu masyarakat sekitar,” kata politikus PKS.
Senada, anggota Komisi E lainnya, Suwandy mengaku sangat mendukung dengan rencana pendirian internasional university KH Abdul Chalim dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswa dari 9 negara di Asia Tenggara maupun beasiswa mahasiswa dari 34 provinsi di Indonesia sesuai dengan jumlah kabupaten/kota yang dimiliki.
“Ini akan membanggakan bangsa Indonesia karena bisa setara dengan negara Yaman dengan Al Ahqof, Mesir dengan Al Azhar, USA dengan Harvard, Inggris dengan Cambrige yang lebih dulu membuat Internasional University,” jelas pria asli Mojokerto ini.
Masih di tempat yang sama, pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim menuturkan bahwa pesantren ini dirintis pada tahun 2002 diatas lahan seluas 1 hektar. Barulah pada 2006 berdiri pesantren yang sekarang menjadi MBI.
“Awal berdiri sekolah di bawah terop bahkan menyewa rumah penduduk untuk kelas sekaligus pemondokan santri. Santri generasi pertama hanya berjumlah 48 orang, dimana 11 diantaranya berasal dari Banyuwangi dan 8 diantaranya lulus dapat beasiswa 3 di kedokteran Unair dan 1 di UGM,” kenangnya.
Sejak awal, Kiai Asep memang bercita-cita mendirikan Madrasah Bertaraf Internasional. Karena itu faktor utama sebagai penunjang adalah mencari guru yang terbaik dan memiliki manajemen yang kompetitif.
Sedangkan output atau lulusan santri yang diharapkan, lanjut Kiai Asep adalah menjadi pribadi yang berilmu dan bertanggungjawab, menjadi ulama kaliber internasional, menjadi konglomerat yang dermawan dan menjadi profesional, karena prinsip yang diterapkan adalah santri dinyatakan keluar (lulus) itu sampai diterima di perguruan tinggi yang diinginkan.
“Sejak 2006 hingga 2011 sudah bisa menjadi sekolah favorit, 2018 meraiah penghargaan tutoring, 2019 meraih Ponpes Modern Inspiratif nomor 1, 2020 meraih penghargaan excellent dan 2021 the most creatif. Alhamdulillah lulusan Amanatul Ummah juga sudah ribuan yang berhasil masuk perguruan tinggi favorit baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” ungkapnya.
Ditambahkan, selama pandemi Covid-19 pihaknya juga belum pernah melaksanakan pembelajaran daring karena para santri diajari kebiasaan menjaga kesehatan yang diajarkan rasulullah dan ulama-ulama terkemuka. “Kita anjurkan santri setiap hari berkumur dengan air garam, memakan kurma, madu, hhabbatus syauda dan air zam-zam. Tapi kita juga ikuti anjuran pemerintah dengan melakukan vaksinasi kepada seluruh santri bahkan masyarakat sekitar pondok,” jelas Kiai Asep.
Prinsip yang diterapkan kepada seluruh santri di Ponpes Amanatul Ummah agar sukses dalam menimba ilmu itu ada tujuh. Pertama, bersungguh-sungguh. Kedua, makan tak boleh kenyang, Ketiga, menjaga wudlu, Keempat, menjauhi maksiat dan dosa. Kelima, membaca Al Qur’an, Keenam, sholat 5 waktu dan terakhir ketujuh, tak boleh jajan di luar pondok. “Kami juga memberdayakan masyarakat sekitar dengan mencuci pakaian para santri. Tak kurang ada 700 KK yang kami libatkan dan disediakan sabun hingga mesin cuci sehingga mereka juga dapat penghasilan,” imbuhnya.
Selain membuat Internasional University, kiai yang juga Ketua Pusat Pergunu ini bercita-cita menelorkan 500 doktor (S3) dengan 4 prodi setiap tahunnya, namun baru terealisasi 125 doktor di tahun pertama. “Manajemen perkuliahan juga sudah kita atur dengan baik sehingga 6 semester sudah bisa lulus program doktoral,” pungkas KH Asep Saifuddin Chalim. (Pca)
Post Comment